Senyap menyelinap di sela gegap gempita suasana, tatkala
lengkingan 4 anak muda menghentakkan ruangan bernuansa Jawa itu. Semua mata
memandang ke titik yang sama. Panggung Halal Bi Halal PKS Wonogiri, Ahad 31
Juli 2016.
"Entah darimana aku harus memulai kegelisahan ini,
sebuah dilema uang menghantui.
Setapak langkah seorang anak negeri, tatap nestapa pada
nuansa nusantara.
Duhai, betapa porak poranda!! Narkoba, penjara, teror,
korupsi, reklamasi, ekatrimis, pesimis!
Aku gelisah, aku marah, aku sekaligus merasa bersalah."
Mereka, kader muda PKS itu berkolaborasi suarakan hati lewat
parade puisi.
Adalah Luthfi Izzati. Seorang pegiat Garuda Keadilan
(GK) yang mengarsiteki lahirnya puisi eksotis
tersebut. Bertajuk "Setapak Renjana Sang Garuda", mahasiswi Teknik
tingkat akhir ini mencoba menuangkan buncahan gelegak jiwanya. Sebuah kombinasi
bakat dan minat yang unik.
Adapun Mukhid, Uswah, Shofia dan Aulia mencoba mengaduk-aduk
rasa audiens dengan gelombang suara mereka yg berkelok..naik turun. Hingga pada
titik tertentu, ratusan pasang matapun mengembun. Basah.
Ajakan untuk membuka mata akan kondisi bangsa pun membahana.
Setelah untaian gelisah tertangkap. Resah. Gundah karena merasa belum banyak
berbuat untuk bantu uraikan benang kusut permasalahan kompleks ini.
Rasa yang menyeruak inilah yang pada akhirnya membuka mata
hati akan kiprah orang tua mereka selama ini. Berjuang dengan segenap potensi
untuk satu kata kunci: perubahan hakiki. Meski anak-anak muda itulah yang harus
merasakan konsekuensi. Sering ditinggal dalam sepi, namun justru terlatih untuk
hidup mandiri.
"Karena garuda tlah membara di dada kami, menghimpun
seluruh keadilan yang sejati di hati.
Maka kami tegak lurus di sisi RABBI, berjalan di setapak
perjuangan.
Penuh dengan gagasan, perjuangan, rintangan!! Karena kami
seorang garuda!!
Yang tidak rela tanah air ini tersiksa.
Darah perjuangan kami biarlah menyiram tanah, membasahi
rindu akan tegaknya keadilan.
Bukan utopsi!!! Karena semua ini perlu optimis!!!"
Kesadaran itupun melecutkan semangat anak muda. Berkobar
seakan tak ingin dihembus mati. Mereka nyatakan kesediaan untuk melanjutkan
perjuangan suci. Dengan bimbingan dan arahan dari orang tua dan para pejuang
keikhlasan sejati. Agar semakin menyadari dan mampu menikmati hakikat
berlelah-lelah dalam menggapai asa.
Pun memetik pemahaman. Bahwa semua pengorbanan itu hanya
untuk-Nya semata. Dengan ukhuwah, ilmu dan ibadah sebagai modalnya.
Duhai, Garuda Muda.. Kepakkan sayap kokohmu ke tempat
mulia-Nya. Jangan pernah hinggap sebelum asamu menjadi nyata..!!!
"Kami ingin memahami, bahwa kami, sesungguhnya
pantas menjadi alfatih di era baru zaman ini."
Oleh : Idho Nofrida
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !