Tanaman obat didefinisikan
sebagai tanaman yang sebagian, seluruh tanaman dan eksudat tanaman tersebut
digunakan sebagai obat, bahan atau ramuan obat-obatan. Masyarakat memanfaatkan
bahan-bahan asal tanaman obat masih dalam keadaan segar, maupun yang sudah
dikeringkan sehingga dapat disimpan lama yang disebut dengan simplisia (Agus
& Jacob, 1992). Tumbuhan obat terdiri dari beberapa habitus antara lain
pohon, perdu, herba, liana dan semak (Tjitrosoepomo, 1988). Tumbuhan obat
mempunyai khasiat yang bekerja sebagai antioksidan,
antiradang, analgesik, dan lain-lain, mengarah pada penyembuhan suatu
penyakit. Hal ini tidak terlepas dari adanya kandungan bahan kimia tumbuhan
obat yang berasal dari metabolisme sekunder (Rizka, 2014).
Diperkirakan selama ini terdapat
20.000 spesies tumbuhan obat yang dipergunakan
oleh 80 persen penduduk dunia. Berdasarkan kajian ethno-forest pharmacy (etno-wanafarma),
sampai tahun 2007 tidak kurang dari 2.039 jenis tumbuhan obat ada di hutan
tropika Indonesia. Menurut Kepala Bagian Konservasi Keanekaragaman Tumbuhan,
Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan,
Institut Pertanian Bogor (IPB), Ervizal AM Zuhud, terdapat 237 jenis tumbuhan
obat di perkampungan Gunung Leutik Kabupaten Bogor, Jawa Barat seluas 35 hektar
yang menjadi “Kampung Konservasi Taman Tumbuhan Obat Keluarga”. Ada 15 jenis
tumbuhan obat yang dijadikan unggulan meliputi takokak, temulawak, jahe,
pegagan, jeruk nipis, binahong, mahkota dewa, rosela, sirih, brotowali,
kenikir, salam, duwet, dan sirsak. Sebagian besar sudah tumbuh di wilayah itu,
tetapi pemahaman masyarakat terhadap manfaat tumbuhan obat tersebut makin
tergerus (Kompas).
Artikel ini akan membahas
beberapa tanaman obat khas nusantara beserta khasiatnya. Pertama, tanaman kunyit
atau kunir (Curcuma
longa Linn. syn. Curcuma domestica Val.), adalah
termasuk salah satu tanaman rempah-rempah dan obat asli dari wilayah Asia
Tenggara. Tanaman ini kemudian mengalami penyebaran ke daerah Malaysia,
Indonesia, Australia bahkan Afrika. Hampir setiap orang Indonesia dan India
serta bangsa Asia umumnya pernah mengonsumsi tanaman rempah ini, baik sebagai
pelengkap bumbu masakan, jamu atau untuk menjaga kesehatan dan kecantikan.
Kunyit tergolong dalam kelompok jahe-jahean, Zingiberaceae.
Kunyit dikenal di berbagai daerah dengan beberapa nama lokal, seperti turmeric (Inggris), kurkuma (Belanda), kunyit (Indonesia dan
Malaysia), kunir (Jawa), koneng (Sunda), konyet (Madura). Kandungan utama
kunyit adalah kurkumin dan minyak atsiri yang berfungsi untuk
pengobatan. (Wikipedia).
Menurut Prof HM Hembing
Wijayakusuma, pakar pengobatan alami, bagian yang digunakan dari kunyit adalah
rimpangnya. Senyawa yang terkandung dalam rimpang kunyit adalah kurkumin (zat pewarna kuning). Kandungan
kurkumin kunyit lebih tinggi daripada rimpang lainnya. Bisa dilihat dari daging
rimpangnya yang berwarna kuning oranye. Kunyit mempunyai khasiat pengobatan
untuk berbagai penyakit. Di antaranya gejala flu seperti demam, pilek, dan
hidung tersumbat. Juga untuk sesak napas, badan terasa lemas, nyeri sendi dan
otot, rematik/peradangan sendi, radang lambung, gangguan pendernaan, hepatitis,
sakit kuning, kolesterol tinggi dan hipertensi. Kunyit juga berfungsi sebagai
antipiretik (menurunkan panas), mengurangi rasa sakit (analgetuk), melindungi
lambung, peluruh haid, laktagoga, melancarkan sirkulasi darah dan melebarkan
saluran pernapasan (prasagung.wordpress.com).
Penggunaan kunyit sangatlah
efektif, yaitu dengan meminum segelas jus kunyit (dibuang ampasnya), selama 2
minggu berturut-turut. Ramuan tersebut juga sangat efektif untuk menyembuhkan
flu/demam pada ibu-ibu yang hamil (tidak perlu dilakukan setiap hari, biasanya
1-2 hari sudah bisa sembuh), sehingga terhindar dari penggunaan obat-obatan
kimia yang bisa berbahaya terhadap janin yang dikandungnya. Bila dikonsumsi
oleh para ibu hamil, dipercaya bayi yang lahir akan bersih dari lemak-lemak
yang seringkali menempel/menutupi seluruh badan bayi (Wikipedia).
Kedua adalah tanaman kencur (Kaempferia galanga L.)
termasuk salah satu jenis tanaman obat yang tergolong dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae).
Dalam pustaka internasional (bahasa Inggris) kerap terjadi kekacauan dengan
menyebut kencur sebagai lesser galangal (Alpinia officinarum)
maupun Zedoary (temu putih), yang sebetulnya spesies yang berbeda dan bukan merupakan
rempah pengganti. Kencur kemungkinan berasal dari India, di mana ia tersebar
luas. Tanaman ini dibudidayakan secara meluas di Asia Tenggara, Cina selatan,
Nusantara hingga Maluku; dan kemungkinan pula diintroduksi ke Australia utara.
Kencur di berbagai tempat
dengan nama yang berbeda-beda: cikur (bahasa Sunda); ceuko (bahasa Aceh);
kaciwer (bahasa Karo); kencor (Madura); cekuh (bahasa Bali); Sekuh atau Sekur
(bahasa Sasak); kencur; sukung (bahasa Melayu Manado); asauli, sauleh, soul,
umpa (bahasa-bahasa di Maluku) serta cekir (Sumba).
Berbagai masakan tradisional
Indonesia dan jamu menggunakan kencur sebagai bagian resepnya. Kencur dipakai
orang sebagai tonikum dengan khasiat menambah nafsu makan sehingga sering
diberikan kepada anak-anak. Jamu beras kencur sangat populer sebagai minuman
penyegar pula. Di Bali, urap dibuat dengan menggunakan daun kencur (Wikipedia).
Ketiga yaitu tanaman jahe (Zingiber officinale)
termasuk tanaman rimpang yang sangat populer sebagai rempah-rempah dan bahan
obat. Rimpangnya berbentuk jemari yang menggembung di ruas-ruas tengah. Jahe
termasuk suku Zingiberaceae (temu-temuan). Rasa dominan pedas
disebabkan senyawa keton bernama zingeron (Wikipedia).
Tanaman jahe telah lama
dikenal dan digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk beragam keperluan bahkan
bisa dikatakan memiliki sejuta khasiat mulai dari bumbu masak, pemberi aroma
dan rasa pada makanan, industri obat, jamu tradisional dan minyak wangi. Begitu akrabnya kita, sehingga
tiap daerah di Indonesia mempunyai sebutan sendiri-sendiri bagi jahe. Nama-nama daerah bagi jahe tersebut antara lain;
Jahe (sunda), halia (Aceh), bahing (Batak karo), sipadeh atau sipodeh (Sumatera
Barat), Jahi (Lampung), jae (Jawa), jhai
(Madura), pese (Bugis) dan lali
(Irian).
Selain secara tradisional,
beberapa penelitian modern pun telah membuktikan secara ilmiah berbagai manfaat
jahe, antara lain : menurunkan tekanan darah; melancarkan
pencernaan; menurunkan kadar kolesterol; obat rematik; mengandung antioksidan;
mencegah mual; membuat lambung menjadi nyaman; meringankan kram perut dan
membantu mengeluarkan angin (www.hanjuang.com).
Jahe juga dapat digunakan
sebagai obat herbal mengobati migrain/penyakit
kepala pada satu sisi kepala, walaupun pada beberapa penderita rasa sakitnya
meliputi seluruh kepala. Berikut adalah obat herbal dari profesor Hembing untuk
menyembuhkan sakit migrain yaitu 10 gr jahe +15 gr serai direbus dengan 500cc
air hingga tersisa 200cc, disaring airnya, kemudian minum air saringan tadi
dalam keadaan hangat dan minum secara teratur 2 kali sehari.
(obatherbalhembing.blogspot.com).
Mengutip pesan Prof HM Hembing Wijayakusuma,
untuk meningkatkan daya tahan tubuh, selain harus mengonsumsi makanan yang
bergizi, olahraga dan istirahat yang cukup, juga dapat ditunjang dengan
mengonsumsi ramuan tumbuhan obat yang mempunyai efek imunostimulan (meningkatkan daya tahan tubuh)
seperti kunyit, temu lawak, dan sambiloto. Masyarakat dapat memanfaatkan sumber
daya alam yang murah, efektif, efisien dan tanpa efek samping sehingga aman
dikonsumsi tiap hari sebagai langkah pencegahan dan pengobatan dini.
Semoga bermanfaat. Salam
sehat ! (RW)
* dari berbagai sumber
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !