Karya
Imam Abu al-Hasan ‘Ali bin Habib al-Mawardi (w. 450 H)
Oleh : Ust. Musyafa Ahmad Rahim, Lc.
Petuah 1
فَإِنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ بَبَلِيْغِ حِكْمَتِهِ، وَعَدْلِ قَضَائِهِ، جَعَلَ النَّاسَ أَصْنَافًا مُخْتَلِفِيْنَ، وَأَطْوَارًا مُتَبَايِنِيْنَ، لِيَكُوْنُوْا بِالاخْتِلاَفِ مُؤْتَلِفِيْنَ، وَبِالتَّبَايُنِ مُتَّفِقِيْنَ، وَاخْتَصَّ مِنْهُمْ رَاعِيًا أَوْجَبَ عَلَيْهِ حِرَاسَةَ رَعِيَّتِهِ، وَأَوْجَبَ عَلَى الرَّعِيَّةِ صِدْقَ طَاعَتِهِ، وَجَعَلَهُ اَلْوَسِيْطَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ عِبَادِهِ، وَلَمْ يَجْعَلْ بَيْنَهُ وَبَيْنَهُمْ أَحَدًا سِوَاهُ
Sesungguhnya Allah SWT dengan hikmah-Nya yang sangat mendalam, dan qadha’-Nya yang adil, telah menjadikan menusia dalam berbagai kelompok yang berbeda dan tahapan-tahapan yang tidak sama, agar akibat perbedaan itu mereka menjadi menyatu dan agar ketidak-samaan itu membuat mereka bersepakat.
Dan Allah SWT telah mengkhususkan seorang pemimpin dengan mewajibkan kepada mereka untuk menjaga rakyat-nya, dan mewajibkan kepada rakyat untuk taat kepadanya. Dan Allah SWT telah menjadikan sang pemimpin itu perantara antara Dzat-Nya dengan para hamba-Nya dan tidak menjadikan antara Dzat-Nya dan mereka sesiapa pun selain sang pemimpin itu.
Ada dua hal menarik untuk kita garis bawahi dari petuah 1 ini, yaitu:
a. Perbedaan-perbedaan yang ada diantara manusia, termasuk di dalamnya adalah perbedaan pandangan dan pendapat, menjadi tantangan bagi pemimpin – melalui kemampuan politiknya, diantaranya – bagaimana membuat perbedaan itu menjadi bersatu dan bersepakat.
Tentunya, wallahu a’lam, bukan bersatu dan bersepakat dalam arti tidak ada lagi perbedaan pendapat, namun, seorang pemimpin, melalui kemampuan politiknya, bisa sampai kepada suatu keputusan untuk dilaksanakan secara bersama-sama, baik keputusan itu dalam bentuk mufakat maupun berdasarkan suara terbanyak.
Juga patut digaris bawahi di sini, bahwa adanya perbedaan, termasuk di dalamnya adalah perbedaan pendapat, sudah menjadi bagian dari hikmah (kebijaksanaan) Allah SWT yang sangat mendalam, dan sudah menjadi bagian dari qadha’ Allah SWT yang sangat adil.
Oleh karena itu, seorang pemimpin, tidak harus risau menghadapi perbedaan-perbedaan itu, namun, hendaklah ia mencari berbagai cara, termasuk cara-cara politik, untuk mencapai persatuan dan kesepakatan.
b. Diantara tugas seorang pemimpin adalah menjaga rakyat-nya. menjaga dalam arti menghadirkan segala hal yang membawa maslahat bagi mereka, baik untuk urusan dunia mereka maupun untuk urusan akhirat mereka.
Dengan bahasa lain, di antara tugas pemimpin adalah me-ri’ayah (me-maintenance) para hamba Allah dan menjaga hak-hak mereka.
Dan sebagai imbangannya, rakyat diwajibkan taat kepada sang pemimpin.
Home »
taujih
» Petuah 01 : KAJIAN KITAB DURAR AL-SULUK FI SIYASAT AL-MULUK (PETUAH-PETUAN TAUJIH SIYASI UNTUK PARA RAJA DAN PEMIMPIN)
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !